Jenis-Jenis Terjemahan (Bagian 1)
Setelah mengetahui definisi terjemahan, sekarang saya akan membahas tentang jenis-jenis terjemahan, yah meskipun sekedar yang saya tahu saja. Oke langsung saja tidak usah basa basi. Secara historis jenis terjemahan memang telah diperdebatkan sejak zaman dahulu, yaitu ketika Cicero dan Horace pada abad sebelum masehi menjadi pakar penerjemahan pertama yang membedakan antara terjemahan kata demi kata (word-for-word translation) dan terjemahan makna demi makna (sense-for-sense translation).
Seiring beralurnya waktu, Pakar baru dalam dunia terjemahan, St. Jarome (324-420 M), diterangkan Robinson (1998:88), berpendapat bahwa terjemahan dibagi menjadi dua macam:
1. Terjemahan Setia (Faithful Translation)
1. Terjemahan Setia (Faithful Translation)
2. Terjemahan Tak Setia (Unfaithful Translation)
Terjemahan setia (faithful translation) kemudian di bagi menjadi dua macam yaitu (1) Terjemahan kata demi kata (Word-for-word Translation) dan (2) Terjemahan makna demi makna. (Sense-for-sense translation). Sedangkan terjemahan tak setia (unfaithful translation) sama dengan terjemahan bebas (free translation). Sehingga sejak saat itu jenis terjemahan terbagi menjadi tiga macam: terjemahan kata demi kata, terjemahan makna demi makna, dan terjemahan bebas.
Setelah itu, seperti halnya pendapat St. Jarome, John Dryden (1631-1700 M), seorang pengarang puisi dan juga seorang penerjemah, mengurangi kembali jenis-jenis terjemahan tersebut menjadi tiga kategori: (1) Metaphrase : ‘word by word and line by line’ translation, which corresponds to literal translation.(terjemahan kata per kata dan baris per baris, sama seperti terjemahan literal.
Jenis yang kedua menurut Dryden adalah (2) Paraphrase : translation with latitude, where the author is kept in view by translator, so as never to be lost, but his words are strictly followed as his sense; this involves and more or less corresponds to faithful or sense-for-sense translation.(Terjemahan leluasa, dimana penerjemah tetap menjaga ide ataupun pandangan dari pengarang agar tidak menyimpang, tapi kata-katanya mengikuti perasaan si penerjemah, seperti penejemahan setia atau penerjemahan makna demi makna. (3) Imitation : forsaking both words and sense, this corresponds to very free translation and is more or less adaptation. (Terjemahan ini mengabaikan kata maupun arti, sama seperti terjemahan yang sangat bebas, dalam bahasa Larson disebut 'Undully Free Translation'
Mungkin ini saja dulu penjelasan mengenai jenis-jenis terjemahan bagian 1, besok-besok lagi dilanjut.
Jenis yang kedua menurut Dryden adalah (2) Paraphrase : translation with latitude, where the author is kept in view by translator, so as never to be lost, but his words are strictly followed as his sense; this involves and more or less corresponds to faithful or sense-for-sense translation.(Terjemahan leluasa, dimana penerjemah tetap menjaga ide ataupun pandangan dari pengarang agar tidak menyimpang, tapi kata-katanya mengikuti perasaan si penerjemah, seperti penejemahan setia atau penerjemahan makna demi makna. (3) Imitation : forsaking both words and sense, this corresponds to very free translation and is more or less adaptation. (Terjemahan ini mengabaikan kata maupun arti, sama seperti terjemahan yang sangat bebas, dalam bahasa Larson disebut 'Undully Free Translation'
Mungkin ini saja dulu penjelasan mengenai jenis-jenis terjemahan bagian 1, besok-besok lagi dilanjut.
(in Munday 2001:25, Bassnett 2002:66)
Referensi:
Referensi:
Bassnett, Susan. 2002. Translation Studies 3rd edition. London and New York: Routledge.
Munday, Jeremy. 2001. Introducing Translation Studies: Theory and Applications. London and New York: Routledge.
Belum ada Komentar untuk "Jenis-Jenis Terjemahan (Bagian 1)"
Posting Komentar